Telaah Buku Teks

Analisis Struktur-Dalam Teks Hiperteks

Setelah melakukan analisis permukaan berupa analisis struktur-luar sample hiperteks maka dilakukan analisis struktur-dalam terhadap teks sample hiperteks tersebut. Dasar prosedur analisis hiperteks bergantung kepada bagimana menurunkan struktur makro suatu teks. Untuk melakukan analisis ini, proses dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu pembentukan teks dasar atau penghalusan dasar teks, penurunan proposisi mikro dan makro, serta penyusunan struktur global dan makro masing-masing hiperteks. Khusus untuk hiperteks yang ditulis dalam bahasa Inggris terlebih dahulu dilakukan alih bahasa ke bahasa Indonesia. Hasil alih bahasa dikonsultasikan dengan dosen pembimbing untuk melihat kesahihannya. Namun, dengan pertimbangan bahwa tidak mungkin alih bahasa dilakukan sepenuhnya, maka dalam analisis, teks asli tetap digunakan sebagai pendamping teks terjemahan.

a. Pembentukkan Teks Dasar

Pembentukkan teks dasar atau penghalusan teks adalah tindakan yang dilakukan untuk membersihkan teks dari alenia, kalimat, frase, atau kata, yang tidak mendukung proposisi yang lebih makro atau hal serupa yang berlebihan atau bersifat pengulangan serta menyempurnakan teks sehingga memenuhi kaidah bahasa yang benar dan mudah dimengerti. Tujuan pembentukan teks dasar adalah untuk memapankan makna agar penurunan proposisi selanjutnya dapat dijamin kesahihannya. Pembersihan dan penyempurnaan dapat dilakukan dengan syarat tidak mengurangi atau merubah makna teks aslinya. Tujuan utama pembentukkan teks dasar ini adalah untuk memudahkan analisis teks selanjutnya. Pembentukkan teks dasar berpedoman kepada kriteria ketepatan hubungan unit-unit wacana dan kejelasan struktur pengetahuan pada berbagai level, sebagaimana yang dikemukakan oleh Frederiksen (Siregar, 2000) dan Van Dijk & Kintsch (Siregar, 2000). Ketepatan merujuk kepada peristilahan yang tidak berlebihan dan tidak kurang dalam mengungkapkan aspek fenomena yang dibicarakan. Sedangkan kejelasan merujuk pada penggunaan verbal yang jelas hubungannya dengan predikat dalam mengendalikan suatu proposisi (Siregar, 2000). Kriteria ketepatan dan kejelasan ini dapat dicapai dengan penghapusan alenia, kalimat, frase, dan kata serta penyisipan kalimat, frase, kata, atau huruf. Dalam prakteknya penyisipan ini semakin penting untuk mengimbangi penghapusan yang dilakukan. Dlam proses penurunan teks dasar, alenia, kalimat, frase dan kata yang dihapus dibatasi dengan kurung krawal {...} sedangkan kalimat, frase, dan kata yang disisipkan dicetak dengan huruf miring.

b. Penurunan Proposisi Mikro dan Makro

Dari teks dasar dilakukan analisis untuk menurunkan proposisi mikro dan proposisi makro. Proposisi mikro langsung dibentuk dari teks dasar. Proposisi ini memiliki tingkat abstraksi paling rendah. Dari proposisi mikro ini ditarik proposisi yang lebih makro. Beberapa proposisi makro dapat menghasilkan proposisi lebih makro lagi yang disebut dengan proposisi utama. Proposisi makro dapat diturunkan berkali-kali sesuai dengan tingkat abstraksi yang diinginkan. Semakin tinggi proposisi makronya semakin tinggi tingkat abstraksinya. Dalam penelitian ini dilakukan tiga kali penurunan, yakni untuk pembentukan Makro I, Makro II, dan Makro Utama. Penempatannya dilakukan secara berurutan dalam tabel ”Analisis Proposisi Mikro Makro”. Lebih jelasnya, pada kolam pertama untuk Tindakan Wacana, kolam kedua untuk Teks Dasar, kolam ketiga untuk Proposisi Mikro, dan kolam keempat sampai keenam untuk Proposisi Makro I sampai Makro Utama.

Penurunan proposisi mikro dan makro dilakukan dengan mengikuti aturan makro dari Dijk dan Kintsch (Siregar, 2000) yakni melalui proses penghapusan, generalisasi, dan konstruksi. Penghapusan dilakukan terhadap proposisi atau beberapa proposisi yang tidak diperlukan dalam menafsirkan teks.

c. Penyusunan Struktur Global dan Struktur Makro

Setelah melakukan analisis proposisi dilanjutkan dengan menyusun struktur global sampel. Struktur global selanjutnya dikembangkan menjadi struktur makro. Baik struktur global maupun struktur makro disusun langsung berdasarkan hasil penurunan proposisi mikro dan proposisi makro. Struktur global berfungsi untuk menyederhanakan materi ke dalam suatu struktur agar lebih memudahkan pemahaman oleh pembelajar. Penyederhanaan materi tergambar dari pengorganisasian materi berdasarkan dimensi progesi dan dimensi elaborasi. Penyusunan struktur global memperhatikan keterpaduan hubungan antar unit tema yaitu mengendalikan tinadakan makro dalam dimensi elaborasi dan dimensi progresi (Siregar, 2000). Struktur global dan struktur makro merujuk pada hubungan retorika dengan menjaga hubungan hirarkisnya. Penyusunan juga dilakukan dengan memperhatikan tindakan wacana, terutama pada struktur global.

Dimensi progresi dan elaborasi semakin jelas kelihatan pada struktur makro. Dimensi progresi digambarkan dengan memperhatikan pengembangan wacana menurut tahapan dalam mengorganisasikan pengajaran. Pengembangan wacana tersebut dikendalikan oleh tujuan atau motif penyajian, artinya dimensi progresi dikembangkan menurut alur dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih tinggi atau menuju konsep yang lebih kompleks. Sedangkan dimensi elaborasi menghendaki keutuhan hubungan hirarki antara unit materi-subyek, artinya dimensi elaborasi dialurkan dari sifat abstrak menuju konkrit. Dimensi elaborasi memerankan dimensi organisasi, yang mengatur hubungan organisasi antara struktur makro dan struktur mikro. Menurut Siregar dkk (1994) penurunan struktur makro merujuk pada hubungan retorika yang diperankan oleh proposisi hasil analisis. Seluruh proposisi makro dan mikro yang dihasilkan dipetakan ke dalam struktur makro dengan menjaga hirarkinya.

sumber : arsip kuliah universitas sriwijaya pend.fisika

Comments

Popular posts from this blog

Etika Dalam Pergaulan

Polisi Ganteng dan Tentara Ganteng

Pengaruh Olahraga Renang Terhadap Kebugaran Jasmani